Tata surya adalah kumpulan benda langit yang terdiri atas sebuah bintang yang disebut matahari dan semua objek yang mengelilinginya. Objek-objek tersebut terdiri atas delapan buah planet dengan orbit berbentuk elips, lima planet kerdil (katai), 173 satelit alami yang telah diidentifikasi, dan jutaan benda langit seperti meteor, asteroid, komet, dan lainnya.
Berdasarkan jaraknya, kedelapan planet tata surya adalah Merkurius (57,9 juta km), Venus (108 juta km), Bumi ( (150 juta km), Mars (228 juta km), Yupiter (779 juta km), Saturnus (1.430 juta km), Uranus (2.880 juta km), dan Neptunus (4.500 juta km).
matahari dan delapan planet tata surya ( pluto bukan planet)
Asal Usul Tata Surya
Hipotesis tentang asal usul tat surya telah dikemukakan para ahli, diantaranya sebagai berikut :
- Hipotesis Nebula Hipotesis ini pertama kali dikemukakan oleh Emanuel Swedenborg (1688-1722) tahun 1734 dan disempurnakan oleh Imanuel Kant (1724-1804) tahun 1775. Hipotesis serupa juga dikembangkan oleh Pierre Marquis de Laplace secara indenpenden pada tahun 1796. Hipotesis ini, yang lebih dikenal dengan Hipotesis Nebula Kant-Laplace, menyebutkan bahwa pada tahap awal, tata surya masih berupa kabut raksasa. Kabut ini terbentuk dari debu, es, dan gas yang disebut nebula, serta unsur gas yang sebagian besar hidrogen. Gaya grafitasi yang dimilikinya menyebabkan kabut itu menyusut dan berputar dengan arah tertentu, suhu kabut memanas, dan akhirnya menjadi bintang raksasa (matahari). Matahari raksasa terus menyusut dan berputar semakin cepat. Cincin-cincin gas dan es terlontar ke sekeliling matahri. Akibat gaya grafitasi, gas-gas tersebut memadat seiring dengan penurunan suhunya dan membentuk planet dalam dan planet luar. Laplace berpendapat bahwa orbit berbentuk hampir melingkar dari planet-planet merupakan konsekuensi dari pembentukannya.
- Hipotesis Planetesimal Hipotesis ini dikemukakan pertama kali oleh Thomas C.Chamberlin dan Forest R.Moulton pada tahun 1900. Hipotesis planetesimal mengatakan bahwa tata surya kita terbentuk akibat adanya bintang lain yang lewat cukup dekat dengan matahari matahari, pada masa awal pembentukan matahari. Karena dekatnya jarak tersebut, terjadolan tonjolan pada permukaan matahari, dan bersama proses internal matahari, bintang lain disebut menarik materi berulang-ulang dari matahari. Efek gravitasi bintang mengakibatkan terbentuknya dua lengan spiral yang memanjang dari matahari. Sementara sebagian besar materi tertarik kembali, sebagian lain akan tetap di orbit, mendingin dan memadat, dan menjadi benda-benda berukuran kecil yang mereka sebut planetisimal dan beberapa yang besar sebagai protoplanet. Objek-objek tersebut bertabrakan dari waktu ke waktu dan membentuk planet dan bulan, sementara sisa-sisa materi lainnya menjadi komet dan asteroid.
- Hipotesis Pasang Surut Bintang Hipotesis pasang surut bintang pertama kali dikemukakan oleh James Jeans pada tahun 1917. Planet dianggap terbentuk karena mendekatnya bintang lain kepada matahari. Keadaan yang hampir bertabrakan menyebabkan tertariknya sejumlah besar materi dari matahari dan bintang lain tersebut oleh gaya pasang surut bersama mereka, yang kemudian terkondensasi menjadi planet. Namun astronom Harold Jeffreys tahun 1929 membantah bahwa tabrakan yang sedemikian itu hampir tidak mungkin terjadi. Demikian pula astronom Henry Norris Russell mengemukakan keberatannya atas hipotesis tersebut.
- Hipotesis Kondensasi Hipotesis kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom Belanda yang bernama G.P. Kuiper (1905-1973) pada tahun 1950. Hipotesis kondensasi menjelaskan bahwa Tata Surya terbentuk dari bola kabut raksasa yang berputar membentuk cakram raksasa.
- Hipotesis Bintang kembar Hipotesis bintang kembar awalnya dikemukakan oleh Fred Hoyle (1915-2001) pada tahun 1956. Hipotesis mengemukakan bahwa dahulunya Tata Surya kita berupa dua bintang yang hampir sama ukurannya dan berdekatan yang salah satunya meledak meninggalkan serpihan-serpihan kecil. Serpihan itu terperangkap oleh gravitasi bintang yang tidak meledak dan mulai mengelilinginya.
Pembagian Tata Surya
Secara informal, tata surya dapat dibagi menjadi tiga zona, yaitu :
- Tata surya bagian dalam mencakup empat planet (merkurius, venus, bumi dan mars) dan sabuk asteroid utama.
- Tata surya bagian daerah yang lebih jauh.
- Tata surya bagian luar, terdapat empat gas planet raksasa. sejak sabuk kuiper ditemukan, bagian ini dianggap sebagai wilayah berbeda tersendiri yang meliputi semua objek yang melampaui neptunus.
Secara umum, zona tata surya meliputi planet dalam, sabuk asteroid, planet bagian luar, dan sabuk kuiper. Adapun secara dinamis dan fisik, objek yang mengorbit matahari dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan, yaitu planet, planet kerdil, dan benda kecil tata surya.
Planet adalah sebuah benda langit yang mengedari matahari dan mempunyai massa cukup besar untuk membentuk bulatan diri dan telah membersihkan orbitnya dengan menginkorporasikan objek-objek kecil di sekitarnya. Saat ini, tata surya memiliki delapan planet, yaitu merkurius, venus, bumi, mars, yupiter, saturnus, dan neptunus. Pluto telah dilepaskan status planetnya karena tidak dapat membersihkan orbitnya dari objek-objek sabuk kuiper
Planet Kerdil adalah benda angkasa bukan satelit yang mengelilingi matahari, mempunyai massa yang cukup untuk bisa membentuk bulatan diri tetapi belum dapat membersihkan daerah sekitarnya. Tata surya, memiliki lima planet kerdil, yaitu ceres, pluto, haumea,makemake, dan eris. Objek lain yang mungkin akan diklasifikasikan sebagai planet kerdil adalah sedna, orcus, dan quaoar. Planet kerdil yang memilikinorbit di daerah trans-neptunus disebut plutoids. Sisa objek-objek lain berikutnya yang mengitari matahari adalah benda kecil tata surya.
dikutip dari : buku ilmu alamiah dasar (Drs. Herabudin, M.Pd.,M.Si.)
0 komentar:
Posting Komentar