Terapi Client-Centered atau Person-Centered
di cetuskan oleh Carl Ransom Rogers (1902-1987) dengan sebutan nondirective
counseling. Rogers (sebagai terapis) meminimalkan pengarahannya dan
membantu kliennya memperjelas persepsi mereka mengenai diri sendiri. Rogers
meneliti tentang persepsi klien terhadap self-aktual dan self-idealnya. Reflection
of feelings adalah teknik yang dilakukan terapis dalam memposisikan
dirinya sebagai cermin bagi klien, agar klien dapat lebih mengenal dirinya,
menerima diri sendiri, dan kemudian dapat mempersepsikan keadaannya sekarang
(Sundberg et al, 2002).
Ciri-ciri Client-Centered Therapy
1.
Perhatian
diarahkan kepada pribadi klien dan bukan kepada masalahnya. Tujuannya bukan
memecahkan suatu masalah tertentu tetapi membantu seseorang untuk tumbuh
sehingga ia bisa mengatasi masalah baik masalah sekarng maupun masalah yang
akan datang dengan cara yang lebih baik dan lebih tepat.
2.
Hal
yang kedua ialah penekanan lebih banyak terhadap faktor emosi daripada terhadap
faktor intelektual. Dalam kenyataannya, banyak perbuatan yang dipengaruhi oleh
emosi daripada oleh pikiran artinya seseorang bisa mengerathui bahwa suatu
perbuatan sebenarnya tidak baikjadi secara rasional, intelektual, ia mengetahui
itu dan tahu pula bahwa ia tidak boleh melakukan itu namun kenyataannya lain.
3.
Hal
yang ketiga memberikan tekanan yang lebih besar terhadap keadaan yang ada
sekarang daripada terhadap apa yang sudah lewat atau terjadi.
4.
Hal
yang keempat ialah penekanan hubungan terapuetik itu sendiri sebagai tumbuhnya
pengalaman. Di sini seseorang belajar memahami diri sendiri, membuat keputusan
yang penting dengan bebas dan bisa sukses berhubungan dengan orang lain secara
dewasa.
5.
Proses
terapi merupakan penyelarasian antara gambaran diri klien dengan keadaan dan
pengalaman diri yang sesungguhnya
6.
Klien
memegang peranan aktif dalam konseling sedangkan konselor bersifat
pasif-reflektif.
Tujuan Client-Centered Therapy
Secara
umum tujuan dari konseling ini adalah untuk memfokuskan diri klien pada
pertanggungjawaban dan kapasitasnya dalam rangka menemukan cara yang tepat
untuk menghadapi realitas yang dihadapi klien (Corey, 1986) atau dengan kata
lain membantu klien agar berkembang secara optimal sehingga mampu menjadi
manusia yang berguna. (Sukardi, 1984).
Sedangkan
secara terinci tujuannya adalah sebagai berikut :
1.
Membebaskan
klien dari berbagai konflik psikologis yang dihadapinya.
2.
Menumbuhkan
kepercayaan pada diri klien, bahwa ia memiliki kemampuan untuk mengambil satu
atau serangklaian keputusan yang terbaik bagi dirinya sendiri tanpa merugikan
orang lain.
3.
Memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada klien untuk belajar mempercayai orang lain,
dan memiliki kesiapan secara terbuka untuk menerima berbagai pengalaman orang
lain yang bermanfaat bagi dirinya sendiri.
4.
Memberikan
kesadaran kepada klien bahwa dirinya adalah merupakan bagian dari suatu lingkup
sosial budaya yang luas, walaupun demikian ia tetap masih memiliki kekhasan
atau keunikan tersendiri.
5.
Menumbuhkan
suatu keyakinan kepada klien bahwa dirinya terus tumbuh dan berkembang (Process
of becoming). (Sukardi. 1984)
Tujuan
dari pendekatan terapi secara personal mempunyai hasil berbeda-beda pada setiap
orangnya tergantung pada pendekatan masing-masing. Tujuan dari pendekatan ini
agar klien dapat mendapatkan tingkat kebebasan dari yang lebih tinggi dan
integritas. Metode ini difokuskan pada satu orang, tidak dengan diskusi masalah
secara berkelompok. Roger (1977) tidak percaya terapi ini dapat memecahkan
masalah. Sebaliknya metode ini terapi ini untuk membimbing klien agar klien
dapat meningkatkan kemampuannya agar dapat memecahkan masalah sekarang dan
yangg akan datang.
Roger
(1961) menulis bahwa manusia yang mengikuti psikoterapi selalu bertanya
''bagaimana saya bisa menemukan jati diri saya sendri, bagamana saya bisa
menjadi sesuatu yng sangat saya inginkan, bagamana saya bisa melupakan masalalu
saya dan menjadi diri saya sendiri''. Tujuan yang sudah ditekankan diatas
adalah untuk mendisain suatu iklim yang kondusif agar dpt membantu individu
menjadi orang yang beguna. Sebelum klien bergerak menuju tujuan terapi ini
mereka harus melepas topengnya terlebih dahulu, hal ini dilakukan agar mereka
dapat besosialisasi dengan masyarakat. Klien datang untuk mengetahui apa yang
telah hilang dari kehidupannya dengan menggunakan facades. Agar sesion terapi
menjadi suatu terapi yg aman mereka harus menyadari kemungkinan-kemungkinan
lain baik atau buruk.
Teknik Terapi
1.
Penekanan
awal pada refleksi perasaan
Roger menekankan pada pemahaman
klien, ia juga berpendapat bahwa sikap relasional therapist dengan klien
merupakan jantung atau pusat dari proses perubahan tersebut. Rogers beserta
lainnya mengembangkan pendekatan the person centered yang pada dasarnya adalah
pernyataan ulang yang sedrhana dari apa yang dikatakan klien.
2.
Evolusi
metode person centered
Filosofi the person centered di
dasarkan pada asumsi bahwa klien memiliki akal untu bergerak positif tanpa
bantuan konselor. Salah satu hal utama dimana person centered therapy
berkembang adalah keragaman, inovasi, dan individualisasi dalam prakteknya (
cain, 2002a). cain (2002a, 2008) percaya bahwa penting bagi therapist untuk
memodifikasi gaya terapi untuk mengakomodasikan kebutuhan spesifik setiap
klien. Dalam jurnal yang ia tulis tentang person centered therapy, cain berkata
“ pemikiran saya telah berkembang dan sekarang termasuk integrasi person
centered, eksistensial, gestalt, dan konsep pengalaman serta respon terapi.
Kgunaan diri saya adalah ketika saya dapat melahirkan aspek untuk memungkinkan
adanya pertemeuan atauperjumpaan terhadap klien saya”. Dan hari ini yang
mempraktekkan pendekatan person centered menunujukkan kemajuan baik dalam teori,
prakte maupun gaya pribadi seseorang.
3.
Peran
penilaian
Penilaian sering di pandang
sebagai prasyarat untuk proses tritmen. Beberapa kesehatan mental menggunakan
berbagai procedure penilaian termasuk diagnostic, identifikasi kekuatan klien
dan kewajiban pengerjaan test. Bukan lagi jadi pertanyaan tentang apakah
penting penilaian dimasukkan dalam praktek terapi tetapi tentang bagaimana
melibatkan klien semaksimal mungkin dalam proses penilaian tersebut.
4.
Penerapan
filosofi dari pendekatan the person
centered
Pendekatan the person centered
telah diterapkan untuk bekerja individu, kelompok maupun keluarga. Pendekatan
the person cetered juga telah terbukti sebagai terapi yang layah dan lebih
berorientasi, filosofi dasar dari the person centered memiliki penerapan untuk
pendidikan SD hinga lulus.
5.
Aplikasi
untuk krisis intervensi
Pendekatan the person centered
terutama berlaku dalam krisis intervensi seperti kehamilan yang tidak
diinginkan, penyakit, peristiwa bencana dan kehilangan orang yang dicintai.
Dalam krisis intervensi seseorang yang mengalaminya butuh dorongan motivasi
dari orang-orang sekitarnya, kepedulian dan berusaha untuk menempatkan
posisinya. Meskipun kehadira dan kontak psikologis dengan orang yang peduli
dapat membawa banyak perubahan baik, namun dalam situasi tersebut seorang
therapist perlu menyediakan struktur dan arah yang lebih baik.
6.
Aplikasi
untuk kelompok konseling
Pendekatan the person centered
menekankan peran unik dari kelompok konselor sebagai fasilitator dan bukan
pemimpin. Fasilitator harus menghindari membuat komentar nterpretatif karena
komentar tersebut cenderungmembuat diri kelompok sadar dan memperlihatkan
proses yang terjadi.
Kelemahan dan kelebihan client-centered therapy
1.
Kelebihan
pendekatan client centered therapy
a.
Pemusatan
pada klien dan bukan pada therapist
b.
Identifikasi
dan hubungan terapi sebagai wahana utama dalam mengubah kepribadian.
c.
Lebih
menekankan pada sikap terapi daripada teknik.
d.
Memberikan
kemungkinan untuk melakukan penelitian dan penemuan kuantitatif.
e.
Penekanan
emosi, perasaan, perasaan dan afektif dalam terapi
f.
Menawarkan
perspektif yang lebih up-to-date dan optimis
g.
Klien
memiliki pengalaman positif dalam terapi ketika mereka fokus dalam
menyelesaiakan masalahnya
h.
Klien
merasa mereka dapat mengekpresikan dirinya secara penuh ketika mereka
mendengarkan dan tidak dijustifikasi
2.
Kekurangan
Pendekatan client-centered therapy
a. Terapi berpusat pada
klien dianggap terlalu sederhana
b. Terlalu menekankan aspek
afektif, emosional, perasaan
c. Tujuan untuk setiap klien
yaitu memaksimalkan diri, dirasa terlalu luas dan umum sehingga sulit untuk
menilai individu.
d. Tidak cukup sistematik
dan lengkap terutama yang berkaitan dengan klien yang kecil tanggungjawabnya.
e. Sulit bagi therapist
untuk bersifat netral dalam situasi hubungan interpersonal.
f.
Tetapi menjadi tidak efektif ketika konselor terlalu
non-direktif dan pasif. Mendengarkan dan bercerita saja tidaklah cukup
g. Tidak bisa digunakan pada
penderita psikopatology yang parah
h. Minim teknik untuk
membantu klien memecahkan masalahnya
Contoh Aplikasi CLIENT-CENTERED
Seorang wanita
usia setengah baya datang ke tempat praktek seorang psikolog karena memiliki
permasalahan dengan kehidupan rumah tangganya. Penampilan wanita ini cukup unik
dengan rambut berwarna dan pakaian yang serba minim. Menyikapi hal ini tentu
saja psikolog tidak boleh berprasangka terlebih dahulu seperti berpikir yang
tidak-tidak mengenai klien ini, hal ini merupakan aplikasi dari salah satu
formulasi penting menurut Roger yaitu anggapan positif tanpa syarat, di mana
terapis harus menerima keberadaan klien apa adanya tanpa pembedaan baik dan
buruk. Kemudian proses wawancara sebagai instrumen utama dilakukan, klien
mulai menceritakan masalah apa yang dihadapinya. Klien ini bercerita bahwa
dirinya kurang dapat menikmai kebahagiaan hidupnya lagi akibat tekanan dan
beban hidup. Selama mendengarkan keluh kesah klien ini, psikolog haruslah
melakukan kongruensi, menyamakan pola pikirnya dengan pola pikir klien walau
mungkin tidak sesuai, dengan anggapan bahwa klien adalah orang paling ahli
dalam kehidupan dan masalahnya. Selain itu empati juga perlu dilakukan,
psikolog mencoba ikut masuk dan merasakan apa yang dirasakan klien melalui
keluh kesahnya. Terapis menggunakan perasaannya dalam menghadapi klien, dan
terapis menjadi observer menggunakan seluruh inderanya.. Proses ini harus
berjalan dengan formal tetapi nyaman, dengan tetap memegang teguh etika..
Berikutnya psikolog mulai merancang program intervensi, tentu saja dengan
persetujuan dan disesuaikan dengan keadaan klien, mengingat tugas psikolog /
terapis adalah sebagai fasilitator pasif yang mendorong klien untuk bertanggung
jawab dalam menentukan arah atau tindakannya sendiri dengan menciptakan iklim
terapeutik. Program terapi yang nanti dituangkan dalam informed consent terkait
frekuensi dan durasi terapi, biaya, penjadwalan, dan sebagainya. Semisal
untuk intervensi kasus ini, psikolog memilih metode terapi relaksasi sehingga
klien dapat memandang berbagai permasalahan dan beban hidupnya secara lebih
positif dan dapat menjalaninya dengan lebih optimis. Setelah itu psikolog
memberikan kata-kata penutup yang baik dan memotivasi sehingga klien dapat
pulang dengan suasana hati yang lebih nyaman dan tenang.
Referensi
http://herjuno-tisnoaji.blog.ugm.ac.id/2012/03/15/client-centered-therapy/
Corey, G.
(2009). Theoryand Practice Of Counseling
And Psychotherapy. USA: Thomson Books.
Fadol,
Ajudan. 2012. Makalah Client Centered
Therapy (CCT).
Ivey, A.
E., D'Andrea, M., Ivey, M. B., & Simek-Morgan, L. (2009). Theories Of Conseling Dan Psychotherapy.
Canada: Pearson Education, Inc.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar