Sabtu, 05 Maret 2011

Homo Erectus

Homo erectus berasal dari bahasa latin yang artinya "manusia yang dapat berdiri", yakni seekor spesies yang telah punah dari genus homo. Anatomis belanda, Eugene Debouis (1890-an), pertama kali menggambarkannya sebagai Pithecanthropus erectus berdasarkan fosil tempurung kepala dan tulang paha yang ditemukannya di Trinil, Jawa Tengah. Sepanjang abad ke-20, antropolog berdebat tentang peranan homo erectus dalam rantai evolusi manusia. Pada awal abad itu, setelah ditemukannya fosil di jawa dan Zhoukoudian, para ilmuan mempercayai bahwa manusia modern berevolusi di Asia. Hal tersebut bertentangan dengan teori Charles Darwin yang mengatakan bahwa manusia modern berasal dari Afrika. Akan tetapi, pada tahun 1950-an dan 1970-an, beberapa fosil yang ditemukan di Kenya, Afrika Timur, ternyata menunjukan bahwa hominins memang berasal dari benua Afrika. Sampai saat ini, para ilmuan memercayai bahwa Homo erectus adalah keturunan dari hominins era awal seperti Australopithecus dan keturunan spesies Homo awal seperti Homo habilis. (soekadijo, 1988:157)



homo erectus


Homo erectus dipercayai berasal dari Afrika dan berimigrasi selama masa pleistosin awal sekitar 2 juta tahun yang lalu, dan terus menyebar ke ke seluruh dunia lama hingga mencapai Asia Tenggara. Soekadijo menjelaskan bahwa tulang-tulang yang diperkirakan berumur 1,8 dan 1,0 juta tahun telah ditemukan di Afrika (danau Turkana dan Olduvai Gorge), Eropa (Georgia), Indonesia (Sangiran dan Trinil), dan China (Shaanxi). Homo erectus menjadi hominin terpenting mengingat bahwa spesies inilah yang pertama kali meninggalkan benua Afrika. Para ilmuan awalnya menganggap hasil temuan E.Debouis, yakni homo erectus, bukan termasuk garis keturunan manusia, tetapi setelah adanya temuan fosil oleh Von Koeningswald dari lapisan Jetis atau Pleistosen bawah, seluruh ilmuan mengakui bahwa fosil-fosil yang ditemukan oleh Von Koeningswald lebih tua umurnya jika dibandingkan dengan homo erectus yang ditemukan oleh E.Debouis.

Fosil manusia yang ditemukan di luar Eropa adalah fosil Trinil 2 dari sungai solo di Jawa. fosil itu ditempatkan di spesies Pithecanthropus erectus oleh penemunya Eugene Dubois. Hampir 40 orang telah ditemukan di Jawa, sama dengan jumlah fosil yang ditemukan di gua-gua Choukoutien di Cina. (William A. Haviland, 1988: 156)

Fosil yang ditemukan di Choukoutien awalnya diberi nama spesies Sinanthropus pekinensis. Tidak sampai tahun 1950-an, Ernst Mayr mengusulkan bahwa semua spesimen awalnya berasal dari daerah Eropa dan Afrika, yang diwakili satu spesies, Homo Erectus.

Homo erectus menunjukkan banyak fitur khusus bagi spesies, termasuk berbentuk tengkorak. Bagian belakang tengkorak ditandai dengan benjolan ebagai transversal torus. Mata yang besar dan menonjol atau supraorbital torus, yang bergabung dengan sisa tulang frontal pada depresi yang disebut sulkus. Homo erectus hampir identik dengan manusia modern, meskipun gigi dan lekukan pipi lebih besar dan tulang-tulang yang lebih kuat.

Spesies homo erectus diperkirakan telah menyimpang dari homo ergaster populasi sekitar 1,6 juta tahun yang lalu, dan kemudian menyebar ke Asia. Diyakini bahwa homo erectus menghilang populasinya dan berevolusi kira--kira 400.000 tahun yang lalu. Temuan homo erectus dari jawa melalui situs Homo erectus telah mengungkapkan beberapa informasi bahwa fosil-fosil homo erectus di dekat Sungai Solo di Jawa 50.000 tahun yang lalu memberikan petunjuk bahwa salah satu populasi homo erectus di Jawa termasuk manusia modern (homo sapiens)
tengkorak homo erectus